LOGIN ADMIN

Masuk

ANDA PENGUNJUNG KE:

Free Web Counter

WAKTU

KALENDER

PESAN PENGUNJUNG

Peran Pramuka

LENSA

Media net lainya

LINK PRAMUKA

Revitalisai Gerakan Pramuka

Kemah Di Alam

Kebersihan

Kamis, 03 Juni 2010


Satwa Liar Bukanlah Hewan Peliharaan Oleh : Drh. Wulan Andayani Koordinator medis PPS Petungsewu Saat berkunjung ke kebun binatang, taman safari dan taman rekreasi, kita pasti akan takjub mengamati tingkah laku berbagai jenis satwa yang lucu-lucu, cerdas dan menarik. Begitulah pesona satwa liar Indonesia, namun bagaimanapun juga satwa liar bukanlah hewan peliharaan manusia. Memelihara mereka di rumah kita ternyata mengakibatkan resiko yang tinggi. Pada satwa liar terdapat potensi berbagai penyakit yang bisa ditularkan kepada kita. Khususnya pada satwa primata, jika mereka menjelang dewasa maka apa saja yang ada di dekatnya akan dirusak. Sebenarnya bukan kebiasaan mereka merusak benda yang ada disekitarnya, tetapi karena lingkungan rumah kita memang bukanlah lingkungan yang cocok untuk perkembangan umur dan socio behaviour mereka. Kalaupun ada sebagian dari kita ada yang menganggap satwa liar jinak dan dapat menuruti apa saja yang kita perintahkan maka jangan heran bila tiba-tiba mereka dapat bertindak liar dan tidak dapat dikendalikan lagi. Jika ditinjau dari sisi medis, hampir semua satwa liar khususnya primata memiliki berbagi penyakit zoonosis, yang dapat menular kepada manusia dan sebaliknya. Keadaan tersebut disebabkan karena secara genetik primata memiliki gen yang hampir sama dengan manusia. Mulai dari penyakit akibat infeksi bakteri, infestasi parasit, jamur, virus dan sebagainya yang terdapat pada tubuh satwa liar khususnya primata dapat berpotensi untuk ditularkan kepada manusia. Beberapa penyakit bahkan lebih serius seperti hepatitis B, herpes, salmonelosis, tuberculosis, monkey pox (cacar monyet) dan penyakit zoonosis lainnya. Dari 90% kasus herpes B dilaporkan menyebabkan encephalomyelitis (kerusakan pada otak). Penularan zoonosis ini dapat terjadi akibat adanya kontak langsung, berulang dan tidak terlindungi antara manusia dan primata. Masih segar diingatan kita tentang wabah flu burung/AI (Avian influenza) yang disebabkan oleh virus H5N1 dan menyebabkan kematian di Hongkong dan Cina. Fenomena tersebut terjadi akibat adanya mutasi virus yang sebelumnya tidak menginfeksi manusia, namun akhirnya dapat menyerang manusia. Virus hasil mutasi tersebut diduga memiliki struktur baru yang dapat menempel pada reseptor sel manusia lalu melanjutkan proses replikasi dalam sel manusia. Sebelum tahun 2003, para ahli mengutarakan bahwa virus flu burung hanya dapat menular ke manusia bila terjadi pertukaran materi genetik dalam (intermediate host) biasanya babi. Namun pada kasus-kasus yang terjadi sejak 2003, diduga bahwa H5N1 saat ini mampu menular langsung dari burung ke manusia. Di lembaga konservasi seperti Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Petungsewu Malang, telah diterapkan bahwa setiap petugas dan staf yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan satwa maupun spesimennya harus diambil serum darahnya dan pemeriksaan X-ray secara periodik. Kegiatan tersebut bertujuan untuk penelusuran balik (trace back) mengenai keadaan kesehatan petugas dan staf di PPS Petungsewu. Ada sekitar 408 jenis satwa liar yang terancam punah. Pemerintah Indonesia telah mengatur dan melindungi satwa-satwa yang terancam punah berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 dan secara internasional satwa yang terancam punah juga masuk dalam Red data Books dan Red lists yang dikeluarkan oleh the World Conservation Union IUCN, itu merupakan bukti kepedulian akan nasib dan masa depan populasi satwa liar. Penelitian terhadap satwa yang dilindungi hanya diijinkan dalam bentuk pengamatan tingkah laku dan biologi lingkungan. Penelitian medis yang melibatkan mereka sebagai model penyakit manusia tidak diijinkan, akan tetapi bisa dilakukan untuk tujuan perbaikan kondisi kesehatan mereka sendiri masih mungkin dilaksanakan. Bagaimana? Apakah kita masih yakin untuk memelihara satwa liar sebagai hewan peliharaan di lingkungan rumah kita? Lebih baik lupakan niat yang amat sangat tidak bijaksana tersebut. Banyak hal yang harus kita pertimbangkan, dari sisi kesehatan (medis), tingkah laku (behaviour) dan yang tidak kalah penting dari sisi pelestarian alam (konservasi). Jika kita memelihara satwa liar, secara perlahan-lahan ikut serta merusak alam hijau planet bumi ini. Hutan beserta isinya bukanlah warisan nenek moyang yang harus kita habiskan namun titipan untuk anak cucu yang harus kita jaga kelestariannya. Satwa liar amatlah indah jika di habitatnya sehingga mereka bisa menghiasi alam, berfungsi secara ekologi yang tentunya demi kelangsungan hidup manusia juga.
Bookmark this post:
StumpleUpon Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

Pesan Sponsor

  jual masker
  internet sukses
Bisnis Pulsa   hot club
gudang materi   Investasi 10 milyar
7 Video Gratis Hasilkan 40 Juta dari Clickbank   SMS Gratis
iklan anda   iklan anda
 

Copyright Racana Pandega STMIK AMIKOM PURWOKERTO